You are My Friends
Kebisingan membuatnya
terhempas dari dunia ini. Bising, ramai, banyak orang adalah hal yang sangat Ia
benci. Kadek Dwi Karina, nama lengkap gadis Bali berumur 15 tahun yang duduk di
kelas IXB, SMP Negeri 1 Seririt. Karin, nama panggilan gadis berambut panjang
berkulit khas masyarakat Bali. Tiap harinya, Karina hanya duduk dibangku pojok
kanan. Selama ini, Karina tak memiliki satu orangpun teman. Bukan teman-teman
semua yang menjauhi Karina, tapi Karina yang menjauhi mereka. ketakutan akan
kebisingan membuatnya terus mengasingkan diri dari hal pergaulan.
Semua itu terjadi karena 10
tahun yang lalu. . . . . .
10 tahun lalu...
“Dek Rin, mai malu mlajah jak Kaki. Keajaen je maca, nulis, megending, nah
ape deen je tetagian Dek Rin, Kaki ajain. (Dek Rin, sini dulu belajar sama
kakek. Kakek bakal ngajarin baca , nulis, nyanyi, iya apa saja yang diinginkan
Dek Rin akan kakek ajarin)“. Kakek Putu memanggil Karina, sekejap Karina
langsung duduk disamping kakeknya membawa sebuah buku tulis dan pensil
ditangannya. “Jani, mlajah megending Ki nah, Karina dot megendi meong-meong. Be
suud megending mare Karina nyak mlajah nulis jak maca. (Sekarang, belajar
nyanyi Kek iya, Karina pingin nyanyi Meong-Meong (salah satu lagu khas dari
daerah Bali, yang sering digunakan untuk bermain anak-anak di Bali). Sehabis
nyanyi baru Karina mau belajar tulis sama baca)“. Tanpa sepengetahuan mereka,
Ibu Karina, Ayah Karina, dan seluruh keluarga besar Karina riuh mendatangi
mereka. Sang Ibu membawa terompet dengan meniup sekencang-kencangnya, sang Ayah
membawa sebuah toa untuk mengumumkan jika hari ini adalah hari terspecial untuk
Karina, seluruh keluarga Karina bernyanyi “Selamat Ulang Tahun“ dengan
kerasnya. Tepat tanggal 8 Januari 2007 menjadi hari terbahagia sekaligus hari
terburuk bagi Karina. Tak diduga-duga oleh semua orang yang ada disekitarnya,
termasuk si kecil Karina, Kakeknya yang duduk disampingnya telah pingsan tak
sadarkan diri. Serentak, semua kegembiraan telah sirna. Cepat-cepat kakeknya
telah diantar ke Rumah Sakit terdekat. Karina mengintip kakeknya dengan
sedih, Ia tak bisa membendung semua air matanya. “Dok, kenapa ayah saya bias
langsung jatuh pingsa?” Ibu Karina menangis menanyakan sebab
kakeknya jatuh pingsan dengan mendadak. “Ayah anda, terkena serangan jatung.
Karena suatu hal, dia mengalami keterkejutan yang amat tak bisa dia tahankan,
hingga akhirnya Ayah anda terserang jantung“ Dokter menjelaskan dengan detail,
walaupun Karina masih berumur 5 tahun, tapi, dia mengerti perayaan ulang tahun
tadilah yang menyebabkan kakeknya pingsan. Tiitt, tiiit, tiiit, garis hijau
diruangan kakeknya terlihat mendatar. Seluruh keluarga besar Karina, terlihat
menangis tersedu-sedu. Perasaan Karina bercampur aduk, sedih, marah, semuanya
ia tumpahkan dengan diaaaaaaammmmm tanpa kata.
Sejak saat Ia tahu kakeknya meninggal karena sebuah kebisingan, keramaian.
Karina, takut akan kebisingan dan keramaian, takut terulang lagi, kematian
kakek yang dicintainya. Dia terus menyendiri, tak menghiraukan orang yang
disekitarnya, mencari tempat yang sepi, semuanya hampa bagi KARINA.
Kembali ke 2012 (sekarang). .
. .
Dalam hatinya, Karina merasa
sangat sedih dengan dirinya seperti ini. Dia menginginkan satu hal, mempunyai
seorang teman. Tapi, ketakutannya akan keramaian membuat pikiran itu ia tutup
kembali.
Kelas terlihat sepi saat jam
istirahat, terlihat hanya Karina seorang diri duduk dibangkunya membaca sebuah
buku pelajaran. “Hai“, seorang laki-laki berwajah tampan, putih, bisa dikatakan
Indolah menghampiri Karina. Karina tertegun melihat wajah tampan laki-laki
dihadapannya. “Karina, belajar bareng yuk“ Laki-laki itu kembali tersenyum.
Tapi, lagi-lagi Karina hanya terdiam, tak menghiraukan laki-laki itu. Laki-laki
itu lalu menyodorkan secarik kertas kepada Karina, awalnya Karina hanya
menggelengkan kepala tanda tak mau menerima. Tapi, laki-laki itu lalu menaruh
secarik kertas diatas bangkunya dan meninggalkan Karina sendiri lagi. Karina
merasa penasaran dengan secarik kertas itu dibacanya “hai, Karina. Aku bingung kenapa kau tak pernah bergaul dengan kami,
menyendiri, menjauh dengan keramaian. Apa kami semua pernah jahat denganmu,
pernah menyinggung perasaanmu, jika itu benar, aku sebagai perwakilan kelas IXB
meminta maaf. DEVA“. Karina, terdiam setelah membaca kertas itu. Pikirannya
buyar hilang arah. “Apakah aku harus
menghilangkan ketakutanku demi teman-teman yang sama sekali tak pernah aku
kenal, apakah mereka akan menerimaku, apakah mereka akan mengerti dengan
keadaanku.“
Saat pelajaran berlangsung,
Karina melihat disekitarnya. Terlihat Deva, laki-laki yang menghampirinya duduk
dengan anak-anak laki bertumbuh tambun berkaca mata. Dilihat
sekelilingnya lagi, semua orang tersenyum, tertawa, bahagia tanpa beban.
Karina, tertunduk mengakui kalau selama ini dirinyalah yang selalu salah
menilai keramaian. “esok hari, aku akan
mengubah segalanya” batin Karina.
“Hai, Karina.” Dua orang laki-laki dan dua orang perempuan berseragam
putih biru menghampirinya. Salah satunya Deva. “Karina, apakah kami mempunyai
kesalahan?” Deva membuka pembicaraan. Dia melihat mereka berempat, ia hembuskan
nafasnya, dan mencoba kembali berbicara setelah 10 tahun ini sangat jarang ia
berbicara. “tid…tiii..tidak” Karina terbata-bata mengucapkan hal tersebut.
“lalu mengapa kau diam, kalau kau mempunyai masalah cerita saja dengan kami.
Sebagai teman, sekaligus sebagai sahabat-sahabatmu, kami siap kok mendengarkan
keluh kesahmu” Ewik mengembangkan senyumnya,
serentak semua teman dihadapannya tersenyum tanda kalau mereka menginginkan
Karina ada disisi mereka. Karina mengembangkan senyumnya, membalas senyuman
teman-temannya yang baru. “maafkan aku, aku tak pandai bergaul aku memiliki
trauma dengan keramaian, Kakekku meninggal karena keterkejutannya dengan
keramaian. Dari situlah aku takut
dengan keramaian, taku terulang lagi kejadian seperti itu.“ Karina menjelaskan
dengan air mata tak bisa dibendungnya. Deva, Bala, Ditha, Ewik, menenangkan
Karina. “Rin, kejadian itu kan sudah lama, kenapa kamu harus terus mengingatnya
sebagai sebuah duka. Rin, ingatlah jika kamu terus seperti ini kakekmu gak
bakal tenang di surga. Kamu harus mengubah dirimu, kamu harus lebih percaya
kalau itu tidak akan pernah terjadi lagi, kalau keramaian tidak akan pernah
membuat kamu sengsara, pastinya aku yakin, keramaian akan membuatmu lebih
bahagia, karena dibalik keramaian terselip kebahagiaan“. Mereka berempatpun
berpelukan bersama, Karina menangis tersedu-sedu sambil terus mengatakan kata
maaf. Serempak, Deva, Bala, Ditha, dan Novi berkata “Karina, kami
semua mencintaimuJ“. Karina tersenyum dan menghapus air
matanya.
Esok harinya.....
“Hai“ Karina tersenyum dan
menyapa semua teman dikelasnya. Semua orang tertegun melihat Karina yang
berubah. Di depan kelasnya Karina mengatakan “Aku akan menjadi sahabat kalian
selamanya. Aku mencintai dan menyayangi kalian semua. Aku mengucapkan
terimakasih, karena telah mengubah diriku dalam sekejap, sekali lagi
terimakasih aku ucapkan untuk kalian semua“. Semua teman-teman Karinapun
serempak bertepuk tangan riuh. Mereka semua (termasuk Karina) tertawa, bahagia
bersama. (rin)
“Sahabat selalu ada untukmu, suka maupun duka.
Dirimu tak akan pernah sendiri, karena sahabat selalu disisimu.“ (rin)
0 komentar:
Posting Komentar