Cinta Pertama
Suasana yang
ramai, menghiasi sekolah yang elit dan favorit itu. Ada yang berteriak, melompat-lompat, bahkan
samapi ada yang jungkir balik dilapangan basket, setelah mendengar berita yang
membuat semua warga sekolah tersenyum bahagia.
Semua anak
kelas XII disekolah itu, LULUS 100%, dan yang lebih membanggakan lagi, aku
mendapat nilai terbesar disekolah itu. Sebuah pengorbanan yang tidak sia-sia
kujalani dari kelas X sampai sekarang.
“Selamat ya”,
seorang cowokmengulurkan tangan kepadaku. Mimpi apa aku semalam. Rasanya ini
sebuah dongen khayalan. Tapi, ini kenyataan. Kubalas juga dengan mengulurkan
tangan dan mengucapkan “Terimakasih”. Jantungku berdetak seperti gendering yang
dipukul keras.
“Nasta, selamat ya. Kamu memang hebat“, puji Adit,
yang juga memberi selamat padaku. “Thanks Adit“, jawabku. Adit meninggalkanku
dengan Marcel. Tamapaknya Marcel ingin berbicara padaku, mungkin dia gugup. Kupancing
dia dengan pertanyaan, “Marcel kamu kenapa? Kamu mau menanyakan sesuatu?“
tanyaku. “oh tidak... oh ya, Nasta, kamu... kamu....“ katanya terbata-bata. “Kenapa,
ada yang salah denganku?“, tanyaku meyakinkan. “Nasta kamu mau dinner denganku
nanti malam?“ tanyanya. “Oh, tuhan... ini benar-benar seperti mimpi. Dia mengajakku
dinner“ batinku. Aku menjawab dengan menganggukan kepala. Rasa bahagia
menyelimuti hati ini. Dia langsung meninggalkanku. Aku juga ingin mencari
sahabat baikku ,Nindy. Aku ingin menyampaikan ini padanya. Kucari dia. Sudah dua
kali ku kelilingi sekolah yang besar itu, tapi tidak ketemu juga. Dikelas juga
tidak ada, hanya saja seorang diri. Kutany dia keberadaan Nindy. Katanya Nindy
sudah pulang. Sayang sekali, tapi bisa kuberitahu dia besok.
Akhirnya aku pulang. Setelah sampai didepan pagar
sekolah, mobil marcel berhenti didepanku. “Nasta, ayo naik. Aku antar pulang. Lagipula,
rumah kita kan searah.“, tawarnya. “Terimakasih Marcel, aku pulang sendiri saja“
tolakku. “Ayo naik.. kalau nggak mau nanti aku marah lo..“ ajak dia lagi. “Baiklah...“.
akhirnya aku naik kemobilnya.
Didalam mobilnya,
dia tak banyak bicara. Aku mulai
berfikir, sebaiknya aku Tanya sekarang. “Marcel aku mau nanya, pacar kamu yang
mana sih?“, tanyaku. “Oh, itu. Ternyata kamu perhatian juga. Sebenarnya pacar
aku Cuma atu yaitu Kety. Tapi, karang udah putus. Semua cewek yang deket sama
aku hanya teman. Mungkin mereka merasa aku adalah pacarnya.“ Jawabnya sambil
membanting stir ke kanan. “oh, gitu“ kataku singkat. “Nasta nanti aku jemput
jam 7 ya“. Kata Marcel. Aku hanya menganggukan kepala.
Akhirnya sampai juga didepan rumahku. Aku turun
dan mengucapkan terimakasih. Marcel jugameninggalkanku dengan membunyikan bel
sebagai jawaban terimakasihku.
Rumah sepi. Mungkin ibu dan ayah keluar. Aku tak
menghiraukan, karena begitu bahagianya diriku hari ini. Jam dindingku
menunjukkan pukul 1 siang. Aku tak sabar menunggu jam 7. kuputuskan untuk
tidur. Tidurku pulas sekali.
Samar, kudengar pintu dan ada yang memnaggilku. Sepertinya
itu Ibu. “Masuk bu, pintunya nggak dikunci“, perintahku. “Nasta bangun, sudah
jam 5. kamu tidak mandi?“, tanya Ibu. “sebentar Bu. Oh ya Bu, ntar aku ada
janji sama teman jam 7“. Kataku memberi tahu Ibu. “Kemana?“ tumben anak Ibu
pergi malam minggu“ tanya Ibu meyakinkan. “dinner Bu. Sama Marcel anak ketua
yayasan disekolahku.“ Jelasku. “Cieee.. anak Ibu lagi jatuh cinta“ goda Ibu. “Ah
Ibu...“
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 18.00.
Aku mulai bersiap-siap. Aku mulai dengan merias wajah dulu. Untung saja aku
pernah dikasi tahu cara berias sama Ibu. Aku sedikit gugup, karena ini pertama
kalinyaaku dandan sendiri dan pergi malam minggu untuk dinner bersama cowok. Kuusapkan
pelembab dan menyapukan bedak tipis diwajahku. Lalu, kusapukan juga warna
cokelat muda dan coklat tua dipermukaan kelopak mata dan lipatannya. Tak lupa
kuberikan merah pipi di pipiku. Dan terakhir lip conditioner dan lipstik
tipis berwarna merah muda kecoklatan. Marias wajah
sudah selesai. Sekarang tinggal memakai pakaian. Tinggal 30 menit. Kupakai dress
berwarna coklat yang panjangnya pas mengenai lututku. Selanjutnya kuambilstandard
pump di rak sepatuku. Tak lupa clutch Bag yang berwarna cokelat. Oh ya,
rambutku. Aku bingung harus kuapakan. Akhirnya kuminta Ibuku menjalin rambutku ¼.
Itu sebagai bando. Dan sisanya kubiarkan terurai. Untung saja rambutku panjang
lurus. Poniku kubawa samping kiri. Aku siap…
Marcelpun datang
dan menjumputku ke dalam rumah. Setelah Ibu membukakan pintu, Marcel terdiam
bisu menatapku dari atas sampai bawah. “ada apa? Ada yang salah dengan penampilanku?”. Tanyaku
keheranan. “Tidak, kamu cantik sekali hari ini”, pujinya. Aku hanya bisa tersenyum. Karena sudah waktu, kami
pamit sama Ibu dan langsung ketempat tujuan. Tak sampai 20 menit, akhirnya kita
sampai disebuah restoran di Jakarta. Kami duduk di meja no 1 dengan 2 kursi dan
meja berbentuk lingkaran dengan lilin yang menambah suasana romantis.
Marcel mempersilakanku duduk. “Nasta, kamu
benar-benar cantik hari ini. Penampilanmu serba coklat“, pujinya. “Really?“
tanyaku meyakinkan. “Yes“ jawabnya singkat. “Makasi.., iya aku memang suka
warna cokelat”, jawabku sambil memesan makanan. Kami memesan sepiring spaghetti
dan lemon tea.
10 menit
kemudian, datanglah pesanan kami. “Nasta,
aku ingin bilang sesuatau sama kamu”, kata Marcel. “Aku juga“ kataku sambil
meminum lemon tea. “kalau gitu aku yang duluan ya.... Marcel sebenarnya aku
mencintaimu sejak pertama kita bertemu. Aku tidak bisa menyembunyikan
perasaanku selama 3 tahun.“ Jelasku. “Benarkah“ aku juga sadar bahwa aku juga
mencintaimu. Nasta, will you be my girlfriend?“ tanyanya sambil memegang
tanganku. Tak ragu lagi kuanggukan kepala dan menyunggingkan senyum kepadanya,
tanda aku menerimanya.(kurnia)